Arsip

Laporan Pratikum cajanus Cajan

BAB I. PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Kacang gude merupakan jenis palawija seperti kacang kedelai, tumbuhan ini mudah sekali tumbuh dimana saja dan tidak mengenal waktu. Sehingga produksinya sangat berlimpah di masyarakat, namun pemanfaatan jenis kacang ini sangat minim sekali. Kacang gude termasuk tanaman semusim dan mempunyai keunggulan dibanding tanaman kacang-kacangan  lainnya antara lain tahan kekeringan, tahan rebah dan polong tidak mudah pecah, akan tetapi peka terhadap hama khususnya perusak polong (Darmadjati dan Widowati, 1985; wallis et al., 1985 di dalam Google, tt).

Umumnya kacang gude tidak pernah ditanam secara monokultur, pertanaman tidak dilakukan secara intesif, tetapi hanya sebagai tanaman campuran di lahan tegal, pematang  sawah atau pekarangan. Kacang gude juga dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan pola usahatani terpadu karena dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti sorgum, jagung, kacang tanah dan kapas (Bahar, 1981; Litzenberger, 1974 di dalam Google, tt).

Tanaman ini dapat beradaptasi pada berbagai macam iklim dan tanah itu sebabnya mengapa kacang gude banyak ditanam. System perakaran yang dalam telah meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan. Tanaman ini tidak toleran terhadap genangan dan naungan. Tanaman gude tumbuh setinggi 1 – 4 m, agak berkayu, dan walaupun merupakan tanaman tahunan berumur pendek, biasanya dibudidayakan sebagai tanaman setahun. Tanaman ini dapat dipertahankan hingga 3 – 4 tahun jika akan digunakan untuk pakan ternak. Daun berbentuk lanset dengan panjang 5 – 10 cm. Kacang gude biasanya diperbanyak dengan biji, tetapi stek batang juga dapat digunakan.

 

1.2   Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

  1. Mahasiswa dapat mengenal apa itu tanaman Cajanus cajan.
  2. 2.    Mahasiswa dapat mengamati pertumbuhan tinggi batang, diameter batang dan jumlah cabang Cajanus cajan.
  3. 3.    Mahasiswa mampu mengukur Bahan kering tanaman Cajanus Cajan mulai dari penjemuran secara langsung dan di angin-anginkan.
  4. 4.    Mahasiswa mampu mengolah semua data dari hasil pratikum Cajanus cajan.

 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

 

            Kacang gude ditemukan pada dataran rendah sampai 2.000 m dpl. Pertumbuhannya memerlukan cahaya matahari dan tidak tahan kondisi lembab. Tumbuh sebagai perdu tegak, tinggi 1 – 2 m. Batang berkayu, bulat, beralur, berbulu, hijau kecoklatan. Daun berkumpul tiga, bertangkai pendek. Helai daun bulat telur sampai elips, tersebar, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau. Perbungaaan majemuk, keluar dari ketiak daun, bentuk tandan, karangan bunga 15 -30 cm, mahkota berbentuk kupu-kupu, kuning. Buah polong panjang 4 -10 cm, berbulu, pipih, hijau. Biji kecil, bulat. Warna biji bisa putih keabu-abuan, kuning, coklat, atau hitam (Blogspot, 2008)

v    Klasifikasi Ilmiah Kacang Gude

Kingdom                      : Plantae – Tumbuhan

Subkingdom                : Tracheobiota –Tumbuhan berpembuluh

Superdivision              : Spermatophyta – Tumbuhan berbiji

Division                       : Magnoliophyta – Tumbuhan berbunga

Class                           : Magnoliopsida – Berkeping ganda

Subclass                     : Rosidae

Ordo                            : Fabales

Family                         : Fabaceae – Famili kacang-kacangan

Genus                         : Cajanus Adans.

Species                       : Cajanus cajan (L.) Millsp.- Kacang gude

(Anonim, 2009 di dalam kacang gude kinanthi, tt)

            Menurut Blogspot, 2008 kacang gude dibudidayakan sebagai tanaman pangan atau digunakan sebagai pupuk hijau. Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 2.000 m dpl. Pertumbuhannya memerlukan banyak cahaya matahari dan tidak tahan terhadap kondisi lembab.

. Kandungan dari kacang gude ini mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang cukup tinggi ini kacang gude sangat cocok untuk dikonsumsi setiap sebagai penyuplain protein bagi tubuh, bahkan kandungan proteinnya sampai 22%. Dengan kandungan protein yang tinggi ini kacang gude sangat cocok untuk dikosumsi setiap hari sebagai penyuplai protein bagi tubuh (Robbaniryo, 2011)

 

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Data pratikum Cajanus cajan pada umur tanaman 5 bulan sebagai berikut:

Tabel 1. Produksi Hijauan (Daun dan Batang) Tanaman Cajanus Cajan

 

No

Kelp

Kode

Berat Daun pada minggu ke …

Berat Batang pada minggu ke …

Perbandingan Daun/Batang

 

 

Tan

I

II

III

I

II

III

I

II

III

 

 

 

( grm )

( grm )

( grm )

( grm )

( grm )

( grm )

( % )

( % )

( % )

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

IV

cc.1

84

68

72

188

160

156

44,68

42,5

46,154

2

IV

cc.2

68

40

235

298

90

421

22,81

44,44

55,819

3

IV

cc.3

122

161

27

225

511

141

54,22

31,5

19,149

4

IV

cc.4

46

36

58

114

71

125

40,35

50,7

46,4

5

IV

cc.5

34

10

18

93

11

80

36,55

90,9

22,5

 

Jml

 

Rata-rata

354

315

410

918

843

923

198,61

260,04

190,02

 

70,8

63

82

183,6

168,6

184,6

39,722

52,008

38,004

Sumber: Data yang diolah

Tabel 2.  Mengukur berat sampel yang hilang pada Daun Cajanus Cajan

         
   

 

               

mengukur Berat yang hilang sampel daun tanaman Cajanus Cajan

 

No

Brt wadah

Brt sampel

Berat sampel pada penimbangan hari ke………. ( grm )

 

 

& sampel

    basah

 

 

 

 

 

 

 

 

    ( grm )

    ( grm )

I

II

III

IV

V

VI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

59

50

41

20

18

18

17

17

 

2

59

50

44

19

18

18

16

16

 

3

57

50

47

20

19

18

17

16

 

4

67

50

42

19

18

18

16

16

 

5

68

50

43

19

19

19

18

17

 

 

Jumlah

250

217

97

92

91

84

82

 

 

Rataan

50

43,4

19,4

18,4

18,2

16,8

16,4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                       

Sumber:  Data yang diolah

 

 

Tabel 3. Mengukur berat sampel yang hilang pada Daun Cajanus Cajan

         
                     

mengukur Berat yang hilang sampel daun tanaman Cajanus Cajan

 

No

Brt wadah

Brt sampel

Berat sampel pada penimbangan hari ke………. ( grm )

 

 

& sampel

    basah

 

 

 

 

 

 

 

 

    ( grm )

    ( grm )

I

II

III

IV

V

VI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

59

50

31

20

20

19

19

18

 

2

59

50

34

21

19

19

18

19

 

3

57

50

31

20

20

20

19

18

 

4

67

50

33

21

20

19

19

18

 

5

68

50

35

21

21

20

19

19

 

 

Jumlah

250

164

103

100

97

94

92

 

 

Rataan

50

32,8

20,6

20

19,4

18,8

18,4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                   

Sumber: Data yang diolah

Tabel 4. Mengukur berat sampel yang hilang pada Daun Cajanus Cajan

                     

Mengukur Berat yang hilang sampel daun tanaman Cajanus Cajan

 

No

Brt wadah

Brt sampel

Berat sampel pada penimbangan hari ke………. ( grm )

 

 

& sampel

    basah

 

 

 

 

 

 

 

 

    ( grm )

    ( grm )

I

II

III

IV

V

VI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

59

50

22

20

19

19

20

19

 

2

59

50

20

18

18

18

18

18

 

3

57

50

21

19

18

18

17

17

 

4

67

50

18

18

18

18

19

18

 

5

68

50

20

18

18

18

19

19

 

 

Jumlah

250

101

93

91

91

93

91

 

 

Rataan

50

20,2

18,6

18,2

18,2

18,6

18,2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                     

Sumber: Data yang diolah

            Kacang gude merupakan jenis makanan dan minuman alternatif , kacang gude dapat dibuat susu atau lebih tepatnya sari kacang gude seperti pembuatan susu kedelai. Karakter kacang gude yaitu sifat fisik dan mikroskopik kacang gude, struktur biji terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit biji, lembaga, dan keping biji (kotiledon). Menurut Faris dan Singh, 1990 di dalam Kinanthi (tt), mengemukan bahwa biji kacang gude tersusun dari kulit biji (14%), embrio (1%), dan kotiledon (85%). Daya Serap Air dan Nilai Kelarutan Air berkisar antara 2,79-3,93 g/g.

            Tanaman Cajanus cajan dapat digunakan untuk mengobati penyakit sakit kuning (jaudice), sariawan, batuk, diare, gangguan perut, cacingan, batuk berdahak, luka dan memar. Biasanya yang digunakan adalah daun, akar dan biji. Kegunaan dari akar Cajanus cajan yaitu mengobati cacingan, batuk berdahak dan luka. Sedangkan biji berguna untuk mengatasi luka memar. Komposisi kimia yang terdapat dalam tanaman Cajanus cajan adalah Daun mengandung flavonoida, saponin, dan polifenol. Sedangkan batang mengandung flavonoida, saponin dan tanin (Blogspot, 2008).

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Google. tt. Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan.http://www.google.co.id/search?q=KAJIAN %20 PERUSAK%20POLONG%20SEBAGAI%20 HAMA%20UTAMA%20 KACANG%20GUDE%20DI%20SULAWESI&ie=utf-8&aq=t&rls=org. mozilla:en-US:official&client=firefox-&source=hp&channel=np. [29 April 2012]

 

Blogspot. 2008. Manfaat Gude. http://artikel-alternatif.blogspot.com /2008/01/ manfaat-gude-html. [25 Maret 2012]

 

Kinanthi. tt. Kacang Gude. http://www.scribd.com/doc/29307757/kacang-gude-kinanthi. [24 Maret 2012]

 

Robbaniryo. 2011. Pembuatan Susu Kacang Gude. http://robbaniryo.com /aplikasi-ilmu-kimia/pembuatan-susu-kacang-gude. [24 Maret 2012]

 

 

 

LAPORAN PRATIKUM BIO URINE

BAB. I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ada tiga unsur yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah di lahan pertanian yaitu unsur biologi, fisika dan kimia, ketiga unsur ini saling terkait dan harus seimbang. Ketimpangan unsur didalam kandungan tanah akan mematikan unsur biologi didalam tanah, tanah menjadi semakin keras dan tidak dapat menyimpan air. Kalau sudah terjadi ketimpangan ini, pemulihannya akan memakan waktu lama dan memakan biaya yang besar.

Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain : 1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama, 2) Pembodohan terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk industri.

Penerapan teknologi pertanian modern (penggunaan bibit unggul, pupuk kimiawi, dan pestisida) dan intensifikasi penggunaan lahan menimbulkan degradasi lahan yang cukup besar sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman pertanian. Hal ini disebabkan penggunaan pupuk kimia secara berlebihan untuk meningkatkan produktivitas telah mengakibatkan permasalahan tersendiri yaitu menurunnya kesuburan dan pemiskinan    unsur   hara            tanah.
            Permasalahan penurunan kualitas tanah dan produk pertanian dapat dipecahkan dengan penggunaan sistem pertanian organik. Pertanian organik memanfaatkan proses daur ulang unsur hara dalam produksi pertanian. Pemanfaatan pupuk organik baik dalam bentuk padat maupun cair menjadi solusi terbaik untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah secara aman dalam arti produk pertania yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi            kesehatan         manusia.
            Salah satu upaya yang banyak dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan hara N adalah dengan pemberian masukan organik ke dalam tanah seperti pemberian pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau. Masukan organik yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian adalah limbah cair hewan ternak (urine) utamanya sapi. Hal ini disebabkan minimnya informasi mengenai seberapa besar potensi urine sapi sebagai sumber alternatif pupuk N. Bahkan sebagian besar masyarakat menganggap urine sapi hanya sebagai limbah dan dibuang begitu saja. Selain dapat mencemari lingkungan sekitarnya, potensi besar ini sebenarnya dapat dimanfaatkan.

1.2  Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pratikum pembuatan Bio Urine adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan bio urine dan manfaatnya serta dapat memanfaatkan hasil-hasil limbah perternakan. Sehingga nantinya dapat diterapan pada masyarakat khususnya petani.

BAB. II  MATERI DAN METODE

 

Bahan :

  1. Urine sebanyak 200 ltr
  2. Empon (jahe, kunyit, temu lawak, kencur, serai, bawang putih) masing-masing 2 kg ( 5% dari semua bahan) masing-masing sebanyak 2 kg
  3. Stater : Midec (mikroba pengurai)  2 cc/ltr sebanyak 400 cc/ltr

             EM4 400 cc/ltr

  1. Enzim isi rumen (1 ltr/50 ltr urine) sebanyak 4 ltr
  2. Molasses sebanyak 400 cc
  3. Air cucian beras sebanyak 20 ltr
  4. Daun lamtoro sebanyak 2,5 kg
  5. Daun paitan sebanyak 2,5 kg
  6. Kalium permanat (KmnO4)  dan Metanium dioksida (TiO2) secukupnya
  7. Aquades.

Alat :

  1. Lesung dan Alu
  2. Alat penggiling
  3. Pisau
  4. Baskom
  5. Saringan
  6. Gayung
  7. Timbangan duduk.

Langkah Kerja :

  1. Cuci semua empon sampai bersih kemudian digiling sampai halus.
  2. Daun lamtoro dan daun paitan ditumbuk saampai halus kegunaannya untuk meningkatkan kadar N dalam bi urine.
  3. Masukan urine sebanyak 200 ltr kedalam tong.
  4. Buat larutan Titanium dioksida (TiO2) dan Kalium permanganat (KMnO4) secukupnya dan dicampur dengan larutan aquades secukupnya,  lalu tuangkan  ke dalam jerigen (2 ltr) sebanyak 1,5 ltr untuk menghilangkan bau urine.
  5. Masukan semua empon-empon yang telah digiling kedalam tong.
  6. Masukan air cucian beras.
  7. Masukan enzim isi rumen, molasses, midec, EM4 kedalam tong dan diaduk sampai rata kemudian ditutup rapat.

BAB. III PEMBAHASAAN

Urine sapi adalah cairan dari proses pembuangan sisa metabolisme oleh ginjal kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh sapi melalui proses urinasi. Proses ini diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh.

Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan petani. Pupuk atau nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam, kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat hara yang berlainan. Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih banyak. Hal ini disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah repot dan secara estetika kurang baik – bau.

Urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani karena urine sapi mengandung berbagai unsur hara sehingga dapat digunakan sebagai pupuk cair. Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu.

Keuntungan pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak :

  1. Sanitasi lingkungan: Upaya pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak secara tidak langsung mampu meningkatan kebesihan dan menekan pencernaan akibat pembuangan limbah yang tidak tepat.
  2. Menekan impor bahan pakan : terbentuknya beberapa bahan pakan baru berkualitas berasal dari berbagai limbah tentunya dapat mangurangi jumlah impor bahan pakan yang selama ini dilakukan terutama tepung ikan, tepung daging dan bungkil-bungkilan.
  3. Mengciptakan lapangan kerja : Kegiatan pengolahan limbah menjadi bahan pakan tentunya memerlukan tenaga manusia yang juga berarti mengciptakan lapangan kerja baru.
  4. Memberi nilai tambah bagi limbah : Pemanfaatan limbah yang mungkin sebelumnya belum digunakan sebagai bahan pakan dengan sendirinya akan memberikan nilai ekonomis terhadap limbah yang ada.

Menurut Lingga, 1991 di dalam Hannayuri (2011) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang terdapat pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut ini:

Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair

Ternak dan kotorannya

Nitrogen (%)

Fosfor (%)

Kalium (%)

Air (%)

Kuda –padat

0.55

0.30

0.40

75

Kuda –cair

1.40

0.02

1.60

90

Kerbau –padat

0.60

0.30

0.34

85

Kerbau –cair

1.00

0.15

1.50

92

Sapi –padat

0.40

0.20

0.10

85

Sapi –cair

1.00

0.50

1.50

92

Kambing –padat

0.60

0.30

0.17

60

Kambing –cair

1.50

0.13

1.80

85

Domba –padat

0.75

0.50

0.45

60

Domba –cair

1.35

0.05

2.10

85

Babi – padat

0.95

0.35

0.40

80

Babi –cair

0.40

0.10

0.45

87

Ayam –padat dan cair

1.00

0.80

0.40

55

Sumber : Lingga, 1991 di dalam Hannayuri (2011)

 

Berbeda dengan pupuk buatan yang hanya mengandung satu nutrisi saja, pupuk organik yang dibuat dari urine sapi mengandung nutrisi yang beragam dan seimbang seperti yang dijelaskan dari hasil penelitian S. C. Hsieh dan C. F. Hsieh, 1987 di dalam Hannayuri (2011)

Tabel 2. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak

Jenis

N

P

K

Ca

Hg

Na

Fe

Mn

Zn

Cu

Ni

Cr

Sapi

1,1

0,5

0,9

1,1

0,8

0,2

5726

344

122

20

6

Babi

1,7

1,4

0,8

3,8

0,5

0,2

1692

507

624

510

19

25

Ayam

2,6

3,1

2,4

12,7

0,9

0,7

1758

572

724

80

48

17

Sumber: Hsieh S. C dan C. F. Hsieh, 1987 di dalam Hannayuri (2011)

Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus ketergantungan petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya. Dengan demikian, para petani tak perlu repot memikirkan dan membeli pupuk urea, cukup tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah urine sapi. Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat lain yaitu:

  1. meningkatkan kesuburan tanah
    2. memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
    3. meningkatkan kapasitas serap air tanah
    4. meningkatkan aktifitas mikroba tanah
    5. meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, jumlah, dll)
    6. menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
    7. menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
    8. meningkatkan retensi/ketersediaan hara dalam tanah

Tabel 3. Beberapa sifat urine sapi sebelum dan sesudah difermentasi.

 

.pH

N

P

K

Ca

Na

Fe

Mn

Zn

Cu

Warna

Bau

Sebelum ferm.

7,2

1,1

0,5

0,9

1,1

0,2

3726

300

101

18

Kuning

Menyengat

Sesudah ferm.

8,7

2,7

2,4

3,8

5,8

7,2

7692

507

624

510

hitam

kurang

 

 

 

 

 

 

BAB. IV KESIMPULAN

 

Dari data pembahasan d i atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair karena banyak mengandung unsur hara seperti Nitrogen yang dapat menyuburkan tanah.
  2. Kunci dalam pembuatan pupuk cair ini adalah adanya fermentasi dari mikrobia yang sengaja ditambahkan.
  3. Urine sapi  sebelum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine

Manfaat pupuk cair adalah dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

 

Affandi. tt. Pemanfaatan Urine Sapi Yang Difermentasi Sebagai Nutrisi Tanaman. http://affandi21.xanga.com/644038359/pemanfaatan-urine-sapi-yang-difermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman/ [25 Mei 2012]

Blogspot. 2009. Makalah Pembuatan Organik Cair.http://zikrilchaniago.blogspot .com/2010/09/makalah-pembuatan-pupuk-organik-cair.html [25 Mei 2012]

Hannayuri. 2011. Pembuatan Pupuk Cair Dari Urine Sapi http://hannayuri. .wordpress.com/2011/11/ [25 mei 2012]

Suwarji. 2008. Meneralisasi Hara Nitrogen Dari Sumber http://www.suwardji.com /2008/01/mineralisasi-hara-nitrogen-dari-sumber.html [25 Mei 2012]

 

 

 

Kaliandra (Calliandra callothyrsus)

Menurut Nurahmadhan (2010), bahan pakan untuk ternak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan dan pakan tambahan (konsentrat). Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik maka kedua macam bahan pakan ini harus diberikan, karena diharapkan dari kedua macam bahan pakan ini kebutuhan protein dapat terpenuhi. Menurut Rukmana (2005), Hijauan Makanan Ternak (HMT) atau lazim disebut “hijauan” adalah makanan pokok ternak ruminansia yang berupa rerumputan dan daun-daunan. Bahan hijauan makanan ternak menjadi hijauan segar, hijauan limbah pertanian, hijauan awetan, dan limbah  pengolahan pertanian.

Menurut Nurahmadhan (2010), hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi dari rumput. Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan kualitas rumput kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk mengatasi kekurangan rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan lain berupa daun kacang-kacangan (gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi, enceng gondok dll) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung, kelobot jagung dll). Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar 50-75 % dari protein yang dibutuhkan atau perhitungan secara kasar kurang lebih 10 % berat badan. Kaliandra termasuk jenis tanaman leguminosa pohon daerah tropis yang dapat tumbuh dengan cepat. Di Indonesia ada beberapa jenis Kaliandara  yang tumbuh subur diantaranya Calliandra callothyrsus (bunga merah) dan Zapoteca (bunga putih). Jenis tanaman tersebut tersebar luas dibeberapa daerah, di introduksikan oleh Departeman Kehutanan untuk penghijauan/reboisasi. Kaliandra dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur dan pada daratan rendah hingga 1500 m dari permukaan laut     (Sukabumi, tt).

Kaliandra adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) semak yang dapat tumbuh pada musim kemarau walaupun tidak sebaik pertumbuhan dimusim hujan, terutama pada daerah berlereng curam. Untuk tumbuh ideal rata-rata temperatur yang diperlukan  20-28 derajat Celsius. Untuk tujuan sebagai sumber hijauan pakan ternak jarak tanam 1×1 meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman dilakukan setiap 12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi yang diperoleh 10 ton bahan kering/ha/tahun. Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin 8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membahayakan ternak. Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan(Nurahmadhan, 2010).

Tabel 1. Komposisi Kandungan Kaliandra        

Bahan

Komposisi

Hijauan PK

EK (kkal/kg)

SDN

Lingin

Abu

Ca

Protein

 22,4

  46,30

 24,0

  19,95

    7,51

  1,6

  0,6

Sumber: Lembahgogoniti, 2010        
             Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin       8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membahayakan ternak. Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan(Nurahmadhan, 2010).

Gambar 1. Tanaman Kaliandra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber :  Lembahgogoniti,  2010

Menurut Sukabumi (tt),  fungsi dan manfaat Kalindra ada 5 yaitu : 

1. Sebagai tanaman penghijauan / reboisasi

2. Tanaman peneduh dan pelindung

3. Penyubur tanah

4. Pakan ternak & ldquo;Protein Bank & idquo;

5. Penahan erosi.

Menurut Lembahgogoniti (2010), cara memberikan daun kaliandra ke ternak ada 3 cara, yaitu :

1. Untuk ternak ruminansia pemberian daun kalindra sebaiknya dalam   bentuk  segar, pemberian dalam bentuk kering/layu akan menurunkan kecernaan protein, juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ternak.

2. Jangan memberikan daun kaliandra 100% karana kandungan taninya  dapat mengganggu pertumbuhan. Pemberian kaliandra sampai dengan 30% berat  kering di tambah dengan garam dapur dapat menaikkan bobot badan domba  (dengan berat 10-15 kg) sebanyak 67-74 gr/ekor/hari.

3. Untuk ayam petelur, pemberian tepung kaliandra (2-5%) memberikan warna kuning telur   yang  lebih cerah. Daun kaliandra berfungsi sebagai karotinioid.

                Menurut Rukmana (2005), makanan ternak harus mengandung beberapa zat gizi , antara lain energi, protein, mineral, vitamin, dan air. Zat gizi pada makanan ternak mempunyai beberapa manfaat bagi ternak, di antaranya sebagai berikut :

1. Memelihara atau mempertahankan tubuh ternak, baik untuk bernafas, denyut  jantung, maupun    bergerak di tempat.

2. Membangun jaringan tubuh untuk pertumbuhan sehingga ternak menjadi gemuk 

3 .Membangun pertumbuhab janin dalam kandungan induk ternak yang sedang bunting.

4 . Memproduksi air susu pada induk ternak yang baru melahirkan dan sedang menyusui.

5 . Memproduksi tenaga pada ternak yang digunakan untuk kerja.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, R, H. 2005. Seri Budi Daya ; Budi Daya Rumput Unggul; Hijauan Pakan Ternak. Penerbit Kasisius Anggota IKAPI. Yogyakarta. 9.

 

Lembahgogoniti. 2010. Hijauan Makan Ternak Bagian Legumen. http://www. lembahgogoniti. com/artikel/29-pakan-kambing/83-hijauan-makan-ternak-bagian-legumen.pdf, [13 Maret 2012]. 9.

 

Nurahmadhan. 2010. Leguminosa. http://nurahmadhan.blogspot.com/2010/01/ leguminosa.html. [13 Maret 2012]. 9.

 

Sukabumi. tt. Kaliandra(Calliandracallothyrsus). http://bp4kkabsukabumi.net/ index2.php? option=com_content&do_pdf=1&id=353. [13 Maret 2012]. 9.  

 

 

 

Kaliandra (Calliandra callothyrsus)

Menurut Nurahmadhan (2010), bahan pakan untuk ternak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu hijauan dan pakan tambahan (konsentrat). Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik maka kedua macam bahan pakan ini harus diberikan, karena diharapkan dari kedua macam bahan pakan ini kebutuhan protein dapat terpenuhi. Menurut Rukmana (2005), Hijauan Makanan Ternak (HMT) atau lazim disebut “hijauan” adalah makanan pokok ternak ruminansia yang berupa rerumputan dan daun-daunan. Bahan hijauan makanan ternak menjadi hijauan segar, hijauan limbah pertanian, hijauan awetan, dan limbah  pengolahan pertanian.

Menurut Nurahmadhan (2010), hijauan merupakan bahan pakan pokok yang biasanya dipenuhi dari rumput. Produksi susu sapi yang rendah dapat terjadi karena kuantitas dan kualitas rumput kurang baik terutama terjadi pada musim kemarau. Untuk mengatasi kekurangan rumput tersebut maka dapat dipakai bahan hijauan lain berupa daun kacang-kacangan (gliricidia, kaliandra, lamtoro, turi, enceng gondok dll) dan limbah pertanian (jerami padi, batang jagung, kelobot jagung dll). Jumlah hijauan yang diberikan sebagai pakan sapi perah berkisar 50-75 % dari protein yang dibutuhkan atau perhitungan secara kasar kurang lebih 10 % berat badan. Kaliandra termasuk jenis tanaman leguminosa pohon daerah tropis yang dapat tumbuh dengan cepat. Di Indonesia ada beberapa jenis Kaliandara  yang tumbuh subur diantaranya Calliandra callothyrsus (bunga merah) dan Zapoteca (bunga putih). Jenis tanaman tersebut tersebar luas dibeberapa daerah, di introduksikan oleh Departeman Kehutanan untuk penghijauan/reboisasi. Kaliandra dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur dan pada daratan rendah hingga 1500 m dari permukaan laut     (Sukabumi, tt).

Kaliandra adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) semak yang dapat tumbuh pada musim kemarau walaupun tidak sebaik pertumbuhan dimusim hujan, terutama pada daerah berlereng curam. Untuk tumbuh ideal rata-rata temperatur yang diperlukan  20-28 derajat Celsius. Untuk tujuan sebagai sumber hijauan pakan ternak jarak tanam 1×1 meter atau 2×0,5 meter pada awal musim hujan. Pemotongan tanaman dilakukan setiap 12 minggu dengan tinggi potong 1 meter, produksi yang diperoleh 10 ton bahan kering/ha/tahun. Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin 8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membahayakan ternak. Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan(Nurahmadhan, 2010).

Tabel 1. Komposisi Kandungan Kaliandra        

Bahan

Komposisi

Hijauan PK

EK (kkal/kg)

SDN

Lingin

Abu

Ca

Protein

 22,4

  46,30

 24,0

  19,95

    7,51

  1,6

  0,6

Sumber: Lembahgogoniti, 2010        
             Komposisi kimiawi kaliandra mengandung protein berkisar 20%, terdapat tanin       8-11%, saponin, flavonoid dan glikosida dalam jumlah kecil yang tidak membahayakan ternak. Kaliandra dapat digunakan sebagai pengganti sebagian rumput yang diberikan. Pada sapi dapat menggantikan rumput maksimal 50%, sedangkan untuk domba sampai dengan 30%. Pemberian pada ternak sebaiknya dalam bentuk segar karena proses pengeringan akan menurunkan konsumsi dan kecernaanya, selain itu kandungan tanin dalam kaliandra segar kurang berbahaya untuk ternak. Kaliandra dapat diberikan saat sebelum atau sesudah pemberian pakan tambahan(Nurahmadhan, 2010).

Gambar 1. Tanaman Kaliandra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber :  Lembahgogoniti,  2010

Menurut Sukabumi (tt),  fungsi dan manfaat Kalindra ada 5 yaitu : 

1. Sebagai tanaman penghijauan / reboisasi

2. Tanaman peneduh dan pelindung

3. Penyubur tanah

4. Pakan ternak & ldquo;Protein Bank & idquo;

5. Penahan erosi.

Menurut Lembahgogoniti (2010), cara memberikan daun kaliandra ke ternak ada 3 cara, yaitu :

1. Untuk ternak ruminansia pemberian daun kalindra sebaiknya dalam   bentuk  segar, pemberian dalam bentuk kering/layu akan menurunkan kecernaan protein, juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ternak.

2. Jangan memberikan daun kaliandra 100% karana kandungan taninya  dapat mengganggu pertumbuhan. Pemberian kaliandra sampai dengan 30% berat  kering di tambah dengan garam dapur dapat menaikkan bobot badan domba  (dengan berat 10-15 kg) sebanyak 67-74 gr/ekor/hari.

3. Untuk ayam petelur, pemberian tepung kaliandra (2-5%) memberikan warna kuning telur   yang  lebih cerah. Daun kaliandra berfungsi sebagai karotinioid.

                Menurut Rukmana (2005), makanan ternak harus mengandung beberapa zat gizi , antara lain energi, protein, mineral, vitamin, dan air. Zat gizi pada makanan ternak mempunyai beberapa manfaat bagi ternak, di antaranya sebagai berikut :

1. Memelihara atau mempertahankan tubuh ternak, baik untuk bernafas, denyut  jantung, maupun    bergerak di tempat.

2. Membangun jaringan tubuh untuk pertumbuhan sehingga ternak menjadi gemuk 

3 .Membangun pertumbuhab janin dalam kandungan induk ternak yang sedang bunting.

4 . Memproduksi air susu pada induk ternak yang baru melahirkan dan sedang menyusui.

5 . Memproduksi tenaga pada ternak yang digunakan untuk kerja.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, R, H. 2005. Seri Budi Daya ; Budi Daya Rumput Unggul; Hijauan Pakan Ternak. Penerbit Kasisius Anggota IKAPI. Yogyakarta. 9.

 

Lembahgogoniti. 2010. Hijauan Makan Ternak Bagian Legumen. http://www. lembahgogoniti. com/artikel/29-pakan-kambing/83-hijauan-makan-ternak-bagian-legumen.pdf, [13 Maret 2012]. 9.

 

Nurahmadhan. 2010. Leguminosa. http://nurahmadhan.blogspot.com/2010/01/ leguminosa.html. [13 Maret 2012]. 9.

 

Sukabumi. tt. Kaliandra(Calliandracallothyrsus). http://bp4kkabsukabumi.net/ index2.php? option=com_content&do_pdf=1&id=353. [13 Maret 2012]. 9.  

 

 

 

Laporan Praktikum Fermentasi Jerami Padi

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.        Latar Belakang

Hijauan adalah sumber pakan penting yang harus selalu tersedia dalam jumlah cukup dan berkualitas guna meningkatkan produksi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Yang umum diberikan untuk ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang, serta pinggiran jalan.  Walau demikian, masih ada sumber pakan ternak yang belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu limbah produksi padi berupa jerami.  Ketersediaan jerami padi cukup melimpah, namun pemanfaatannya untuk pakan ternak belum banyak dilakukan di Indonesia. Jerami yang tersedia umumnya tidak dalam keadaan baik untuk digunakan sebagai pakan ternak, karena busuk dan basah terendam air sawah atau hujan.

Kandungan Gizi Jerami padi merupakan hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta ton per tahun. Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman.

Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri.

Oleh karena itu, jerami padi mempunyai potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga swasembada daging dapat tercapai. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak kerap dilakukan di daerah tropik, terutama pada musim kemarau.

Tapi penggunaannya itu mengalami kendala berupa nilai nutrisi yang rendah. Mulai dari kandungan nitrogen, kalsium, hingga fosfor. Sebaliknya, kandungan serat kasar (lignin, selulosa, dan silica) justru tinggi, sehingga mengakibatkan daya cerna rendah dan konsumsinya menjadi terbatas.

Kandungan gizi jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5 %, serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, abu 16,5 %, kalsium 0,19 %, fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %, energi DE (Digestible Energy) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang sangat tinggi.

Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak, maka daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit.

Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton jerami segar per ha satu kali panen, atau 4-5 ton jerami kering per ha tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.

Oleh karena itu jerami padi sangat penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khusususnya sapi potong, kambing dan domba. Hanya saja jerami padi mutunya rendah , dimana jerami padi mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi sedangkan kadar protein dan daya cernanya rendah.

Untuk meningkatkan mutu jerami padi. perlu dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan urea dan probiotik. Probiotik adalah campuran berbagai mikro organisme yang berguna untuk mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak.

 

1.2.        Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :

–       Mahasiswa dapat memanfaatan hasil limbah pertanian seperti jerami padi untuk proses fermentasi sebagai pakan ternak yang benilai gizi tinggi.

–       Mahasisa dapat membuat fermentasi jerami padi.

–       Mahasiswa dapat mengaplikasikan hasil pembuatan fermentasi jerami padi pada ternak sapi.

 

BAB II

MATERI DAN METODE

 

2.1.   Materi

Praktikum Pembuatan Fermentasi Jerami Padi dengan materi tekhnik Pembuatan Fermentasi Jerami Padi dengan Tetes dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Juli 2012 pukul 11.00–12.00 WIB di Laboratorium  Nutrisi dan Makanan Ternak STPP Malang. 

Alat yang digunakan pada Praktikum Tekhnik Pembuatan Fermentasi Jerami Padi adalah :

  1. Timbangan untuk menimbang jerami padi
  2. Ember untuk mencampur molasses, superphosphate, ammonium sulfat dengan air
  3. Sabit/Parang untuk mencacah/memotong jerami padi
  4. Papan untuk tempat mencacah/memotong  jerami padi
  5. Kantung plastic untuk menyimpan jerami padi yang sudah dicacah/dipotong dan disirami dengan campuran molasses, superphosphate, ammonium sulfat dan air
  6. Tali raffia untuk menutup/mengingat kantung plastic yang telah diisi dengan jerami padi yang siap difermentasikan

Bahan yang digunakan pada Praktikum Tekhnik Pembuatan Fermentasi Jerami Padi adalah :

  1. Jerami padi sebanyak 5 Kg
  2. Tetes/molasses sebanyak 0,75 liter
  3. Air bersih sebanyak 1, 5 liter
  4. Superphospat 1 sendok the
  5. Amonium Sulfat 10 gram

 

2.2.   Metode

2.1. Tahap persiapan

1. Masing-masing kelompok mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang

    diperlukan

2. Siapkan alat dan bahan sesuai ukuran seperti di atas

3. Lakukan pembuatan fermentasi jerami sesuai prosedur pembuatan

2.2. Tahap Pelaksanaan

  1. Timbang jerami padi sesuai dengan jumlah yang diperlukan (untuk masing-masing kelompok 5 Kg)
  2. Jerami dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 5 – 10 cm
  3. Larutkan tetes sebanyak 0,75 liter dengan air sebanyak 1,5 liter. Aduk sampai homogen dan ditambahkan 1 sendok the superphospat dan 10 gram ammonium sulfat aduk sampai merata
  4. Jerami yang telah dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih  5 – 10 cm, disirami dengan larutan tetes+superphospat+ammonium sulfat+air dengan cara memercik ke seluruh bagian jerami padi sampai merata.
  5. Masukan jerami padi yang telah tercampur dengan larutan tersebut ke dalam kantung plastic yang telah disediakan, dan diikat.
  6. Ikat kantung plastic dengan kuat secara rapat dan disimpan selama 24 jam (sehari semalam)
  7. Setelah penyimpanan 24 jam (sehari semalam), ikatan plastic dapat dibuka dan jerami padi hasil fermentasi dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia.
  8. Sebelum diberikan kepada ternak, jerami harus diangin-anginkan selama kurang lebih 30 menit

 

2.3. Tahap Aplikasi Pada ternak

– Koordinasi dengan instalasi ternak besar

– Ternak yang digunakan adalah sapi potong

– Amati Palatabilitas dari amoniasi jerami padi yang diberikan

2.4. Tahap Evaluasi

Evaluasi kegiatan terdiri dari :

–       Tahap persiapan

–       Pelaksanaan dan kerjasama dalam kelompok

–       Tahap aplikasi pada ternak

–       Membuat laporan kegiatan

 

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

3.1.        Pengolahan Jerami Padi dengan cara Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan jerami padi secara bilogis dengan menggunakan probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung polimikroorganisme, lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik, lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal memfermentasi jerami sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya. Dalam praktikum ini bahan probiotik yang digunakan adalah tetes, superphospat dan ammonium sulfat.

3.2.        Manfaat Fermentasi

  1. Merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh
  2. Warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua
  3. Meningkatkan kadar protein, serat kasar, energi bruto (GE), tetapi menurunkan kadar bahan ekstrak tiada nitrogen (BETN) dan dinding sel
  4. Meningkatkan bahan kering, bahan organik, dinding sel, nutrien tercerna total, energi tercerna, dan konsumsi bahan kering jerami padi
  5. NH3 cairan rumen meningkat
  6. Memberikan balan nitrogen yang positif
  7. Menghambat pertumbuhan jamur
  8. Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami.

3.3.        Hasil Fermentasi

Dari hasil praktikum yang diperoleh setelah proses fermentasi (24 jam) maka sesuai pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :

  1. Warna kuning tua/cokelat
  2. Bau fermentasi
  3. Tekstur jerami relatif lebih mudah putus,

 

3.4.        Aplikasi Pada Ternak

Setelah diamati hasil praktikum, maka langkah selanjutnya adalah pemberian jerami padi hasil fermentasi pada ternak sapi potong. Dimana langkah awalnya adalah diangin-anginkan selama 30 menit dengan maksud agar mengurangi gas fermentasi yang tinggi yang masih terkandung dalam pakan.

Dari hasil pengamatan ternak sapi potong yang diberikan makan jerami hasil fermentasi padi ini belum begitu suka, tetapi tetap diupayakan agar pemberian harus dibiasakan sedikit demi sedikit, misalnya 10% dari pakan yg biasa dipakai dan selanjutnya tersus ditingkatkan jumlahnya agar ternaknya terbiasa.

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1.   KESIMPULAN

  1. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan akibat limbah hasil pertanian seperti jerami padi maka solusi yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan jerami padi kering untuk dijadikan pakan alternatif dengan cara Fermentasi.
  2. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak dapat dilakukan di daerah tropik, terutama pada musim kemarau untuk mengatasi masalah kekurangan pakan ternak.
  3. Jerami yang telah difermentasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak fermentasi. Sebab kandungan senyawa karbohidrat yang sederhana menjadi lebih besar.

 

4.2.        Saran

Untuk meningkatkan nilai tambah dari jerami padi/sisa hasil pertanian dan untuk mengatasi kekurangan pakan pada musim kemarau maka solusi yang tepat adalah memanfaatkan hasil sisa pertanian itu sebagai pakan alternative dengan cara fermentasi jerami. Solusi ini tentunya akan dapat meningkatkan produktivitas  ternak. Dengan demikian maka program pemerintah dalam mewujudkan swasembada daging dapat tercapai.

 

Hello world!

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!

This entry was posted on Agustus 10, 2012. 1 Komentar